Dalam welcome dinner dan upacara penutupan FKN, putri Sri Susuhunan Pakubuwono XII ini menuding pemerintah Indonesia telah mengingkari kesepakatan leluhurnya dengan Presiden Sukarno. Namun, Bangsawan Keraton Surakarta ini mengatakan, kelembagaan keraton tidak akan berpolitik lagi. Keraton hanya lembaga adat dan budaya.
Ia bahkan tidak sependapat bila raja juga berposisi sebagai kepala daerah, seperti yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Namun, mantan anggota DPR-RI periode 2009-2014 ini juga mengaku tetap akan memperjuangkan bekas wilayah Kasunanan Surakarta sebagai daerah istimewa.
Jadi, bagaimana sikap Gusti Wandansari sebenarnya, terkait masalah budaya, politik, dan keraton? Berikut cuplikan wawancara wartawan Borneonews, Budi Baskoro, yang dilakukan Jumat (14/10/2016):