24 April, 2014

Jumri, Anak Mendawai Dengan Puluhan Medali

Jumri (jaket hitam ) saat menerima medali di Asean Para Games Myanmar 2014
PULUHAN medali telah dikoleksi Jumri. Seluruh medali itu ia peroleh karena prestasinya di kolam renang. Mulai dari lomba tingkat pelajar hingga tingkat senior. Dari level daerah, nasional hingga internasional. Umby, begitu ia biasa disapa, anak muda yang dibesarkan di tepi Sungai Arut, Kelurahan Mendawai Pangkalan Bun ini terakhir memperoleh dua medali perak di Asean Para Games ke-7 di Myanmar, Januari 2014.


Mulanya, saat ia masih siswa sekolah dasar, seorang guru olahraga menemukannya sebagai anak yang punya bakat alam renang dengan baik. Abdi Rashid, guru tersebut, lalu menyertakan dirinya yang saat itu tercatat sebagai siswa SDN Mendawai 8 pada ajang Porseni (Pekan Olahraga dan Seni) di Palangka Raya.

Di event itu ia tidak tampil mengecewakan. Lebih-lebih karena ia memiliki ketidaklengkapan fisik dibanding atlet lainnya. Ia finish di posisi keempat. "Pas naik (dari kolam) terkejut panitia, atlet yang nomor empat ini kakinya tidak lengkap," kisah Umby, saat menerima Borneonews di kediamannya, Jalan Padat Karya, Pelingkau, Pangkalan Bun, Kamis (6/3).

Sejak itulah, terang Rashid, yang kini mengajar olahraga di SDN Sidorejo 1, kemampuan Umbi disalurkan pada event-event olahraga paralympic (event bagi atlet yang memiliki kekurangan fisik dan mental atau dissable).

Kekurangan fisik bukan soal bagi Jumri
Alhasil, pada 2005 ia memenangi Popcanas (Pekan Olahraga Pelajar Penyandang Cacat Nasional), kini berubah menjadi Peppenas (Pekan Pelajar Paralympic Nasional) pertamanya di Bekasi. Ia memperoleh medali emas dan perak. Sejak itu, ia selalu jadi langganan juara di event tingkat pelajar di level nasional dan Asia Tenggara. Tak hanya di ajang pelajar, di pentas umum paralympic, baik kejurnas atau pesta olahraga yang menyertai PON (Pekan Paralympic Nasional) dan Seagames (Asean Paralympic Games) pun kerap ia menangi.

Menjadi atlet paralympic berprestasi membuatnya bangga dan percaya diri. Dengan paralympic, ujarnya, kaum dissable merasa diperlakukan setara dengan orang kebanyakan. Namun, Umby pun mengaku, menjadi atlet dissable tidak selalu mudah tantangannya. Untuk renang gaya dada, ia sering kesulitan. Dengan sebelah kaki yang tak lengkap membuat kekuatan kakinya tak optimal dalam lomba. "Kadang-kadang didiskualifikasi," terang atlet yang punya kemampuan menonjol di renang gaya kupu dan punggung ini.

Namun, dengan segala kekurangan, tak menyurutkan nyalinya untuk berprestasi melampaui kategori yang selama ini disematkan padanya. Umbt bersama sejumlah atlet berpretasi paralympic Kotawaringin Barat lainnya, seperti Rahmad Ramadhan, Muhammad Syamsi dan Maradona tengah bersiap untuk mengikuti event umum, Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Kalimantan Tengah, Oktober mendatang. Jumri, Maradona dan Syamsi pencetak rekor paralympic pelajar nasional. "Rekor Syamsi belum terpecahkan sampai sekarang," ujar Abdi Rashid, via telepon, Jumat (7/3).

Menurut Umby, meski kejuaraan umum, untuk level Kalteng, ia optimis bisa bersaing dan pulang dengan meraih medali. "Kalau kita hitung-hitung masuk. Bermedalilah kita," yakin Abdi Rashid juga.

(Aslinya, laporan ini saya tulis untuk dan dimuat Harian Borneonews, 10 Maret 2014, dirubrik Kalteng Harati)

Tidak ada komentar:

Menengok Lebih Dekat Kinipan dan Problem Masyarakat Adat di Kalteng

Review Buku Kinipan: Suara dari Bawah Penulis: Aldo Salis, dkk. Penerbit: SOBInfomedia, Palangka Raya, Juli 2022 Ada satu hal yang tak diung...