20 Juni, 2024

Menengok Lebih Dekat Kinipan dan Problem Masyarakat Adat di Kalteng

Review Buku Kinipan: Suara dari Bawah

Penulis: Aldo Salis, dkk.

Penerbit: SOBInfomedia, Palangka Raya, Juli 2022


Ada satu hal yang tak diungkapkan jurnalis harian Kompas, Aldo Sallis alias Dionisius Triwibowo Reynaldo Sallis, dalam bukunya yang berjudul Kinipan: Suara dari Bawah. Satu hal ini aku dengar langsung dari Aldo, bahkan rasanya lebih dari satu kali, saat ia pertama kali datang ke Kinipan, pada 2019 itu. Aldo bilang, “Aku akan ke sini lagi, bawa anak dan istri.”

Aku tersenyum mendengar kata hati Aldo itu. Aku pun merasakan impresi yang sama pertama kali ke Kinipan pada pengujung April 2016, saat Kinipan mendeklarasikan laman-nya sebagai wilayah adat. Keinginan untuk datang kembali, lagi, dan lagi itu muncul. Kinipan laman yang mengesankan!

-- Hal pertama yang menerbitkan kesan pada Kinipan adalah tuak.

13 Januari, 2020

Perempuan Bercadar di Bar Counter Cafe


Cafe di sudut persimpangan pertama setelah keluar dari kawasan Bandara Iskandar, itu satu dari sedikit cafe yang menyediakan berbagai single origin kopi di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Cafe ini pula yang kali pertama menyajikan kopi liberika, dari Kumpai Batu, Pangkalan Bun. PS Cafe & Resto, nama kedai kopi itu.

Namun, yang mungkin tak mudah dijumpai dari tempat nongkrong lain, di sini terdapat seorang pelayan perempuan yang mengenakan cadar (niqab).

14 Desember, 2016

Penulis Baru, Media Baru


SOPIR truk boks itu makin tenar saja namanya sebagai penulis di dunia maya. Dialah Iqbal Aji Daryono (36) putra Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang kini bermukim di Perth, Australia, karena mendampingi istrinya yang tengah menempuh studi doktoral.

03 November, 2016

Mengenang Sejarah Kita: Peristiwa 17 Oktober 1947

PADA 69 tahun yang lalu, seluruh pantai di Pulau Kalimantan telah diblokade oleh kapal-kapal perang Belanda. Negeri Kincir Angin bereaksi keras atas semangat nasionalistik rakyat Indonesia yang telah memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Infiltrasi pejuang Indonesia antardaerah pun menjadi tertutup.

Kondisi tersebutlah yang disampaikan Tjilik Riwut (1918-1987) kepada Pangeran Muhammad (PM) Noor, Gubernur Kalimantan pertama yang berkedudukan di Yogyakarta, sebagai ibukota negara kala itu. 

22 Oktober, 2016

GKR Wandansari: Tanpa Keraton, Enggak Ada Republik Ini!

Gusti Kanjeng Ratu Wandansari, Sekretaris Jenderal Forum Komunikasi dan Informasi Keraton Nusantara (FKIKN) saat berpidato dalam penutupan Festival Keraton Nusantara (FKN) X di Pangkalan Bun, 12 Oktober 2016.
SEBAGAI Sekretaris Jenderal Forum Komunikasi dan Informasi Keraton Nusantara (FKIKN), yang memiliki ajang rutin dua tahunan Festival Keraton Nusantara (FKN), Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari tampil sebagai juru bicara utama selama perhelatan FKN X di Pangkalan Bun 9-12 Oktober 2016. Ia, antara lain, menagih komitmen Pemerintah Indonesia untuk memberikan hak-hak keraton yang dianggap diingkari.

Dalam welcome dinner dan upacara penutupan FKN, putri Sri Susuhunan Pakubuwono XII ini menuding pemerintah Indonesia telah mengingkari kesepakatan leluhurnya dengan Presiden Sukarno. Namun, Bangsawan Keraton Surakarta ini mengatakan, kelembagaan keraton tidak akan berpolitik lagi. Keraton hanya lembaga adat dan budaya.

Ia bahkan tidak sependapat bila raja juga berposisi sebagai kepala daerah, seperti yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Namun, mantan anggota DPR-RI periode 2009-2014 ini juga mengaku tetap akan memperjuangkan bekas wilayah Kasunanan Surakarta sebagai daerah istimewa.

Jadi, bagaimana sikap Gusti Wandansari sebenarnya, terkait masalah budaya, politik, dan keraton? Berikut cuplikan wawancara wartawan Borneonews, Budi Baskoro, yang dilakukan Jumat (14/10/2016):

24 April, 2014

Jumri, Anak Mendawai Dengan Puluhan Medali

Jumri (jaket hitam ) saat menerima medali di Asean Para Games Myanmar 2014
PULUHAN medali telah dikoleksi Jumri. Seluruh medali itu ia peroleh karena prestasinya di kolam renang. Mulai dari lomba tingkat pelajar hingga tingkat senior. Dari level daerah, nasional hingga internasional. Umby, begitu ia biasa disapa, anak muda yang dibesarkan di tepi Sungai Arut, Kelurahan Mendawai Pangkalan Bun ini terakhir memperoleh dua medali perak di Asean Para Games ke-7 di Myanmar, Januari 2014.

27 November, 2013

Mengenal Che Bukan dari Oblong

Moncong senapan serdadu Bolivia itu tak lebih sekilan jaraknya dari dahi lelaki itu. Sekali pelatuk ditarik, pastilah kepalanya tertembus peluru dan ia akan meregang nyawa. Tetapi, lelaki itu buru-buru berkata,” Jangan tembak...aku Che. Aku lebih berharga bagimu, jika aku hidup dari pada mati...”  Itu adalah penggalan cerita detik-detik penangkapan Che Guevara, yang diilustrasikan dengan memikat di awal buku berbentuk komik ini.

Menengok Lebih Dekat Kinipan dan Problem Masyarakat Adat di Kalteng

Review Buku Kinipan: Suara dari Bawah Penulis: Aldo Salis, dkk. Penerbit: SOBInfomedia, Palangka Raya, Juli 2022 Ada satu hal yang tak diung...